Kasokan – Pangghugha Bhaten (Official Music Video)

Details
Title | Kasokan – Pangghugha Bhaten (Official Music Video) |
Author | Kasokan |
Duration | 2:25 |
File Format | MP3 / MP4 |
Original URL | https://youtube.com/watch?v=3Ib7nbL1rps |
Description
Pangghughâ Bhâtèn — Secangkir Hikmah dari Masa Silam
Di tengah zaman yang serba cepat dan gegap gempita bunyi-bunyi modern, seringkali kita lupa bahwa ketenangan dapat ditemukan dalam kesederhanaan. Bahwa secangkir kopi yang kita hirup pelan-pelan di pagi atau malam hari, barangkali tak hanya menyegarkan badan, tetapi juga menenangkan jiwa. Dan bahwa dalam setiap aroma dan rasanya, ada kisah yang lebih dalam dari sekadar rutinitas.
Lagu Pangghughâ Bhâtèn ini lahir dari pemikiran seperti itu. Sebuah syair kuno, ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama agung dari Madura—Syaikhona Muhammad Kholil bin Abdul Latif Bangkalan—yang pernah mengirimkan bait puisi kepada menantunya: sebuah anjuran untuk minum kopi, agar tetap kuat dalam ibadah dan teguh dalam perjuangan.
Syairnya bukan sekadar gurauan tentang selera, melainkan petunjuk yang halus dari seorang bijak agar kita tidak hanya menguatkan tubuh, tapi juga memperteguh niat dan menyehatkan semangat. Karena dalam kopi itu ada lima faedah, katanya: semangat yang menyala, penghilang lelah, pereda lendir, penyegar nafas, dan penguat tekad.
Kasokan tidak hendak menjadikan lagu ini sekadar penghiburan. Ia adalah pengantar zikir. Ia adalah bentuk cinta kepada warisan ulama, kepada budaya yang perlahan terkikis, kepada nilai-nilai pesantren yang senantiasa memberi arah tanpa banyak suara.
Dalam lagu ini, musik kontemporer dan gamelan Madura berdialog tanpa saling meniadakan. Suara gitar yang sedikit kasar, tapi tetap lembut dalam jiwa. Alunan musik yang mistik, tapi tidak menakutkan. Semua hadir untuk membungkus makna agar tetap terjaga—agar ruh teks itu tidak hilang ditelan aransemen.
Lagu ini tidak dibentuk dalam sehari dua hari. Ia digodok pelan-pelan, dengan hati-hati, sebagaimana secangkir kopi yang harus diracik dalam suhu yang pas untuk mengeluarkan seluruh rasanya. Dibuat di Bangkalan, tanah para auliya, oleh mereka yang ingin agar generasi muda tahu: bahwa para ulama kita dahulu, tidak hanya mahir bicara hukum, tetapi juga peka akan rasa, seni, dan estetika hidup.
Maka Pangghughâ Bhâtèn bukan hanya lagu. Ia adalah pengingat. Bahwa minuman rakyat jelata bisa menjadi wasilah untuk menghidupkan semangat zikir. Bahwa karya tua dari masa silam bisa tetap relevan bila kita mampu melihat dengan hati. Dan bahwa budaya—jika dirawat dengan cinta dan hormat—tidak akan pernah basi.
Mari dengar dengan hati.
Mari hirup makna dalam setiap nada.
Karena barangkali, dari sana, kita bisa lebih dekat—kepada sejarah, kepada ulama, kepada Tuhan.
📌 Bagian dari 13 karya dalam rangkaian album Nata Aba’