PADI (ORANG TOBELO) WANGONGIRA

Details
Title | PADI (ORANG TOBELO) WANGONGIRA |
Author | Orang Halmahera |
Duration | 4:54 |
File Format | MP3 / MP4 |
Original URL | https://youtube.com/watch?v=0LCqwIUydXk |
Description
Hujan baru saja mereda. Bunga (40 tahun) yang sedari tadi berteduh, beranjak dari tempat duduk. Ia memegang sebilah parang untuk mengambil daun yang akan dijadikan pengalas/pembungkus nasi untuk dimasak dalam bambu.
Sore itu, akhir November 2020. Aktivitas warga yang sedari pagi tertahan hujan, kembali berjalan. Beberapa anak terlihat membawa gerobak sapi. Mereka hendak menuju kebun mengabil kayu bakar dan padi.
Sementara, beberapa orangtua meyiapkan lesung dan menyalakan bara api. Hari itu, akan diberlangsungkan ritual syukuran setelah panen, di Sungai yang disebut Kali Molulu—sumber mata air kehidupan orang Tobelo di Wangongira, Tobelo Barat, Halmahera Utara, Maluku Utara.
Di seberang sungai, Abdon Ndatti berjalan menuju bivak, tempat penyimpanan padi (oryza sativa) yang baru dipanen sepekan sebelumnya. “Ada sekira setengah ton padi. Sebagian sudah digunakan. Padi ini kita akan bagi juga pada tetangga terdekat. Kami bisa bertahan dengan padi ini selama setahun dalam sekali panen,” kata Abdon.
Padi di Wangongira itu tidak diperjualbelikan. Bagi mereka, jika padi tersebut dijual, maka akan ada transaksi pasar—barang akan ditukar dengan uang. Jika padi terjual habis, meka akan kesulitan mencari pangan pengganti dan harus dibeli dengan uang juga.
“Sudah dari dulu, orangtua kami tidak menjual padi ini,” ungkap Abdon, mantan Kepala Desa Wangongira itu. Mereka, warga Wangongira mengenal ada tujuh jenis padi.
Abdon bercerita, dalam legenda orang Tobelo, dahulu kala, ada seorang perempuan yang ke kebun mengambil padi ladang mengunakan saloi (Keranjang gendong, terbuat dari anyaman bambu). Saat pulang, perempuan tersebut melewati Kali Molulu. Nahasnya, perempuan tersebut tersungkur—jatuh ke dalam Kali Molulu. Padi yang ia bawa pun tumpah ke dalam sungai.
Dari kisah itu, warga Wangongira percaya, padi yang tumbuh di dalam sungai Molulu, asal mula ceritanya dari perempuan tersebut. Hingga kini, Kali Molulu menjadi tempat yang keramat—dan memberikan mereka sumber kehidupan. Selain itu, padi yang tumbuh di Kali Molulu juga menjadi kalender alam bagi warga di sana.
“Jika padi di dalam sungai berbuah, itu petanda panen telah tiba. Jika padi di sungai itu rusak dimakan hama, berarti padi ladang dan tanaman lainnya di daratan juga rusak dimakan hama,” kata Abdon, hal itu sudah terjadi sedari zaman dulu.
---
Video: Gutam Jambu & Faris Bobero
Video Editor: Gustam Jambu
Narasi: Faris Bobero
---
Artikel terkait akan terbit di mongabay.co.id